Selasa, 06 Desember 2011

SUARA-MU INGIN DI DENGAR DAN MELIHAT WAJAH-MU


SUARA-MU INGIN DI DENGAR DAN MELIHAT WAJAH-MU
                                               Semua ciptaan di bumi tentu bersuara.  Terdengar Guntur menandakan hujan semakin dekat, semua hewan bersuara ketika meminta pertolongan, perlingdungan, pemanggilan, dan lainnya. Angin berhembus melambaikan semua tumbuhan, mengajak bersuara. Tetapi suara yang paling unik pun terdengar di sela seluruh kehidupan makhluk belahan bumi ini, yaitu suara manusia.  
Keunikan suaranya, menggerakan manusia untuk saling mendengarkannya. Tentu saja, karena suara yang didengarnya memiliki makna yang mengontak perasaan batinnya. Keseriusannya dalam mendengarkan suara yang hendak didengar dan menafsirkannya secara tidak langsung, menjadi suatu translator bagi dirinya untuk menyadari dan memahami maknanya. Terlebih lagi ketika mendengar suara dengan melihat sumber (orang) suaranya. Konteks komunikasi tersebut lebih bermakna, karena saat itu pula ia diperhadapkan dengan sumber suaranya. Tentu saja dalam pembicaraannya disertai dengan bahasa isyaratnya. Dengan demikian, mendengar sambil melihat menimbulkan kepuasan dalam pembicaraan.
Pembicaraan si dia merupakan bagian dari isi hati. Baik atau tidaknya isi hati akan nampak melalui hasil pengamatan. Oleh sebab itu,  mengamati Kejujuran dan kebohongan dalam pembicaraan nampak ketika melihat dan mendengarkan. Tingkat kepercayaannya pun terjadi ketika melihat dan mendengar. Disamping itu, Timbul pula Perasaan simpati dan empati ketika mendengar dan melihat. Oleh karenanya, kata “melihat” dan “mendengar” mempunyai dua kata yang tak dapat dipisahkan seperti dua sisi mata uang logam dan pada umumnya bermanfaat dalam kehidupan manusia terlebih interkasi remaja dalam perkembangannya menuju kedewasaan sejati.
Namun dalam kehidupan ini, hal yang dilihat dan didengar tidak sesuai dengan yang telah  didengar dan dilihatnya. Tentu, yang telah dilihat dan didengar dikikis oleh sang waktu. Selain itu, karena manusia itu berakal budi, hal yang telah dilihat dan didengarnya bisa membalikkan fakta entah bernilai positif atau negative.
Dengan demikian, untuk mendengar isi hati yang timbul dari dalam lubuk hati memerlukan keseriusan. Mendengar dan didengar dengan hati sangat sulit ditemukan apalagi pertemuan pertama kali, berulangkali pun jarang terjadi. Dari waktu-kewaktu bersuara untuk didengar tetapi tidak didengarkan dengan hati. Kadang  Mendengar tetapi tidak lihat. Juga, melihat tetapi tidak dengar. Untuk mendengarkannya butuh lihat dan ketika lihat tentu ada harapan untuk mendengarkannya. Tetapi semuanya hanya mimpi belaka, mungkin mata untuk melihat sudah buta dan telinga untuk mendengar sudah tuli.
             Kini, tidak pernah mendengar dan melihat. Kerinduan untuk mendengar dan melihat telah melampaui harapan. Berusaha mendengar tetapi tidak juga bersuara, berjuang melihat tetapi tingkat kesibukan si dia terlalu tinggi.  Jika demikian, Apa jadinya?
“Suara” dan “Wajah”-MU sangat berarti bagi-nya. Namun “suara” dan “wajah” itu kau menyembunyikan dibalik gunung.  Jika “suara” dan “wajah” bagian dari organ manusia biarkanlah dia melihat dan mendengar.  Sebab dia telah merindukan hanya untuk melihat dan mendengar. Dia puas ketika suara-mu terdengar di telinga-nya dan wajah-mu terlihat di mata-nya. Dia hanya butuh “suara” dan “wajah-mu” untuk selebihnya dilain waktu.  
Ingatlah!!!!!!!!!!!!!! pemenuhan kebutuhan pribadi menuju kebahagiaan sejati  datang dari Tuhan melalui berkat orang lain. Maka biarlah tujukan muka-mu dan keluarkan suara-mu biar dia mendengar dan melihatnya. (mabipai)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar