Senin, 12 Desember 2011

HARI HAM SE-DUNIA, RAKYAT PAPUA BELUM MERASAKAN KEADILAN DAN KEBENARAN.


HARI HAM SE-DUNIA, RAKYAT PAPUA BELUM MERASAKAN KEADILAN DAN KEBENARAN.
Kini 10 Desember telah dilalui ,  pos natal telah dibuat dimana-mana diseluruh Tanah Papua, kaum nasrani ini menantikan lahirnya sang putra natal sebagai penebus umat manusia. Gema natal mulai terasa, Rakyat Papua dalam kehidupannya mempersiapkan hati menerima sang penyelamat Dunia dengan hati yang murni. Rakyat Papua berniat pembersihan diri dari segala perbuatannya bahkan yang telah dan sedang dirasakan dalam kehidupannya. Terlepas dari itu, Tak terpungkiri bahwa tanggal 10 Desember ini seluruh Dunia rayakan hari Hak Asasi Manusia (HAM) Se-Dunia. Hari yang merupakan hari besar bagi kaum kaum tertindas. Momen ini sangat barharga bagi semua manusia di Dunia dimana merasakan betapa pentingnya manusia hidup bebas (freedom). Semua manusia tergerak hati, menyambut hari HAM ini.
Rakyat papua kini belum mempersiapkan diri menerima sang purta natal. Kenapa demikian? Dari tahun 1963 hingga kini Rakyat Papua menangis, tersiksa, diteror, dibantai, diperkosa, bahkan nyawanya dihabiskan (dibunuh),  sehingga belum memulihkan diri. Dibenaknya masih tersimpan semua peristiwa yang telah terjadi dimana Tiga Komando Rakyat (TRIKORA ) dengan kekuatan militernya memaksakan kehendak untuk memenangkan Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) 1969, yang tidak demokratis hingga prosesnya tidak sesuai dengan one man one vote yang telah disepakatinya sebab dalam proses pelaksanaannya hanya melibatkan 1025 orang dari 200.000–an Orang Papua, itupun dipaksakan memilih ikut indonesia. Disamping itu, berbagai operasi-operasi (sadar, bratayuda, dll) 1970-an – 1980-an  yang dilakukan diseluruh Tanah Papua, dimana muncul praktek-praktek pembunuhan, pemerkosaan, pembantaian, penyiksaan, terror. Selain itu, kebebasan berekspresi, berkumpul, berdemokrasi, penyampaian pendapat bagi rakyat papua juga dibungkam. Dalam pembungkamannya Indonesia memberikan OTSUS sebagai gula-gula politik hanya untuk meredam isu untuk menemukan identitas sebagai Orang Papua yang merdeka.
Untuk menuju pemulihan diri ini, Rakyat Papua menuntut keadilan dan kebenaran diatas semua peristiwa yang telah dilakukan. sambil berusaha menemukan identitas diri sebagai bangsa yang berdaulat. Namun, justru menjadi korban atas perjuangan membela kebenaran dan keadilan: misalnya: Arnol. C .Ap dibunuh di Pasir 2 Dok 9 dalam perjungannya melalui iringan music mambesak, panglima besar TPN/OPM, Kely Kwalik Dibunuh dan masih banyak rakyat yang hingga kini hidup di hutan. Selain itu, banyak Rakyat Papua mencari suaka ke Negara-negara lain, hingga turun ke jalan mengadakan aksi demonstasi, hanya untuk membela keadilan dan kebenaran serta merebut kedaulatan sejati sebagai Bangsa Papua Barat itu.
Sebagai bentuk perlawanan Rakyat Papua, menjelang hari HAM Se-Dunia ini, mereka yang tergabung dalam organisasi korban yang dinamakan, Bersatu Untuk Keadilan (BUK)  memperingati peristiwa Abepura Berdarah dengan melakukan Konferensi Pers, Pemutaran Film Documenter dan Pembagian Selebaran  pada 07/12.  Juga, kaum tertindas yang tergabung dalam Koalisi Rakyat Papua Untuk Keadilan (KARPUK) yang terdiri dari beberapa elemen mengadakan orasi-orasi, pembagian selebaran dan konferensi pers pada 09/12 di Merpati Aberpura dari jam 09:00 - 14:00 siang. Bertepatan dengan aksi tersebut,  bagi NKRI tanggal 09/12 merupakan hari Anti Korupsi sehingga mengadakan berbagai kegitan disebagian besar kota diseluruh Indonesia guna mengupas para koruptor-koruptor yang hingga saat ini belum juga terungkap. Selanjudnya, pada hari HAM Se-Dunia ini  Rakyat Papua  terus memperingati dengan melakukan  berbagai kegiatan dimana, rakyat yang tergabung di dalam Solidaritan Kemanusiaan Rakyat Papua Barat  melakukan mimbar bebas di lapangan Taman Makan Theis Hiyo Eluay, sentani, Komite Nasional Papua Barat (KNPB) adakan aksi demonstrasi di Taman Imbi Jayapura, juga, ada pameran foto kekerasan terhadap Perempuan dan foto perjuangan pasar untuk orang Asli Papua dan pemutaran film documenter dari mama-mama Papua di Pasar Sementara, Depan Percetakan Jayapura. semua kegitan yang dilakukan hanya untuk menuntut keadilan, dan kebenaran  diatas tanah Papua ini.
Kenyataannya, hingga saat ini Indonesia membungkam semua peristiwa yang dilakukannya, yang hingga kini semua pelaku itu belum juga terungkap. Tidak terhitung para pelaku selama masa orde lama hingga orde baru sebab ruang demokrasinya tertutup rapat. Bahkan, Rakyat Papua saat itu menjadi mangsa bagi Indonesia. Peristiwa yang tejadi setelah masa revormasi saja belum juga terungkap. misalnya kasus abepura berdarah 7 desember 2000, dimana penyisiran dilakukan besar-besaran oleh polisi, yang memakan korban nyawa hingga harta benda yang sampai pada proses penyelesaiannya tidak adil, justru membenarkan para terdakwa yang dikemas dari 25 pelaku hingga pada dua orang pelaku itu, kasus wamena berdarah, biak berdarah wasior berdarah,mapenduma berdarah yang terjadi tahun 2001. Apalagi peristiwa Kongres Papua III (KRP III) yang terjadi pada 19 Oktober kemarin. Justru menjadi hal yang sangat berharga bagi para pelaku sebab dengan tindakan pembunuhannya diberikan penghargaan. Tidak terhitung para korban yang setiap saat dibunuh secara gelap diberbagai tempat.
Dalam pancasila pada sila yang lima (keadilan social bagi seluruh rakyat) hanya menjadi antek bagi rakyat. Seluruh tanah air tidak mesarakan keadilan dan kebenaran itu dalam kehidupannya. Para penguasa-penguasa ini menindas rakyat berkelas lemah. Penindasan terus saja terjadi bahkan dalam penindasannya praktek pembunuhan, pemerkosaan, pembantaian, penyiksaan juga dilakukan. Kedaulatan bagi Rakyat Papua sebagai bangsa yang merdeka belum juga di kembalikan. Tidak berikan respon positif/cuek ketika mempertanyakan keadilan di mata Indonesia, Sebab baginya rakyat papua adalah mangsa indonesia. Dan tujuan utama Indonesia ada atas tanah Papua hanya untuk membunuh Rakyat Papua dan mengambil seluruh Kekayaan Alam yang dimiliki.
Rakyat Papua merasa pada moment hari HAM Se-Dunia ini Indonesia akan mengungkapkan semua tindakannya, secara sadar mengakuinya namun masih saja terjadi penembakan pada hari pribumi internasional, dimana Upinus Tabuni terbunuh pada 2008 yang hingga kini pelakunya belum juga terungkap. Oleh karenanya, bagi orang papua tidak ada jam, hari, bulan, tahun yang adil diatas Bumi Papua. Sehingga, tidak ada waktu untuk memulihkan diri menyambut sang putra natal sebab ketidakadilan masih merajalela di atas Bumi Papua. Namun, Rakyat Papua tidak akan pernah diam, duduk diatas cucaran darah, air mata, bahkan menderita atas penyiksaan yang telah dan sedang alami ini sampai pada titik darah penghabisan.  Mari kita bersatu menuju pembebasan nasional papua barat (UKKI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar