Selasa, 27 Maret 2012

SEBERKAS PROFIL DIRI IDEAL


SEBERKAS PROFIL DIRI IDEAL
Nafsu akan diri untuk mengetahui dirinya selalu ada dibenak diri sejati. Dalam perjuangannya menemukan diri sejati, kadang diri itu berada dalam ketidaktahuan. Mungkin manusia lain menganggap dirinya kurang berpengetahuan. Tetapi ketidaktahuan bukanlah jawaban mutlak bagi dirinya. Ketika dirinya mengakui bahwa dirinya tidak tahu, jangan memaksakan sebab memang dirinya tidak tahu. Namun, dalam diri setiap manusia menganggap dirinya adalah manusia superpower. Hal ini Dapat dibenarkan bila dirinya mempertahankan eksistensi dirinya dalam kehidupannya. Dalam ketidaktahuan itu pula filsafat mengakui dirinya sebagai “ilmu dari segala ilmu”.  Niat diri sejati mengikuti ajaran filsafat namun Berbagai filsuf manusia membuat diri semakin bingung dengan masing masing teori filsafatnya.
Bagi kaum filsuf sosialisme, Doktrin tentang manusia itu adalah makluk sosial. Karena kesosialannya, manusia lain menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupannya. Tidak hanya itu, diri itu ada dan hidup karena manusia lain (orang tua). Kehadiran manusia lain dalam kehidupan diri sejati merupakan hidup bagi dirinya. Karena Kehidupan manusia lain adalah kehidupan bagi dirinya.
Namun bagi filsuf yang bertentangan dengan sosialis menganggap dirinya sejatinya bisa terancam ketika dirinya terjerumus dalam kehidupan sosial. Dengan pandangan filsufnya  dibuktikan dengan berbagai bukti fisiknya. Semua pandangan ini membuat semua manusia yang mempelajari tentang manusia berada pada posisi kebingungan. Sebagian manusia lain menjadi korban akibat dari salah satu filsafat yang dirinya menganggap benar.
Namun, semua filsuf membuat  manusia yang sejati menjadi kabur. Tidak ada ruang untuk menemukan dirinya yang sejati. Adanya berbagai filsafat membuat manusia sejati bingung dalam kehidupannya. Melihat beberapa pandangan  tersebut membuat diri berada pada posisi tidak menentu dan seolah-olah dirinya dapat menyatakan diri sejati ketika manusia lain menilai dirinya menurut persepsinya. Hal tersebut membuat diri sejati menerima bersih persepsi yang diberikan lingkungan dan tidak konsisten pada diri sejati yang dipersepsinya sendiri.
Diri sudah tidak mempunyai jalan untuk menemukan diri sejati itu. Keberadaan diri masih menonjol dengan keragu-raguan akan diri sejatinya. Namun, suatu peristiwa istimewa dalam diri sejati ketika mengikuti Kamping Paska  Unit Kegiatan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Katolik (UKM-KMK)  saat itu hari makin gelap. Lampu menerangi seluruh ruangan aula SMA YPPK TARUNA BAKTI.  Terlihat P Herry Sirken, Pr memakai jubah putih dalam ruangan itu, sejak itulah materi tentang “Terangan Masa Pra Paska dan Paska Yang Ideal” diberikan kepada peserta camping paskah. Dalam materinya, hati mulai tergerak. Entah kenapa, suatu pertanyaan mulai dilontarkan “Siapa Profil Diri Anda Yang Ideal?”. Ketika itu, diri sejati mulai merefleksikan dirinya namun yang terpikirkan adalah diri yang dipersepsi oleh manusia lain. Kenapa demikian? Dirinya tidak juga menemukannya jawabannya. Dalam pikirannya dirinya hanya terpikir berdasarkan materi yang dipelajarinya tetapi tidak juga di temukan jawabanya.
Penjelasan pater sirken seolah-olah menghantarkan pada jawaban sejati. Apa jawabannya? Yesus, profil ideal dalam kehidupan baginya dirinya. Diri sejati itu ada dan hidup karena Yesus. Diri sejati yang diidamkan dapat dikenal apabila dirinya mengenal diri Yesus. Dia (Yesus) justru ada dalam hati diri sejati itu.  Sekarang bagaimana diri itu membuka diri, tidak ego pada dirinya tetapi melihat diri yesus yang telah ada dalam hati.
Dalam penjelasan di malam itu, secara tidak langsung mengatakan “jika diri ingin menemukan diri sejatinya maka solusinya adalah mengenal siapa diri Yesus”. Yesus, diri kami rapuh, tak mampu merasakan sentuhan- MU, merasa diri mampu. Jangan membiarkan diri kami diselimuti dalam kegelapan ini tetapi Tabahkanlah hati kami dan berilah kakuatan dan pengertian dalam hidup ini. (Agus)
  

Rabu, 25 Januari 2012

SEBUAH AMPLOP dan SEKOTAK NASI: HANYA UNTUK DOSEN PENGUJI

SEBUAH AMPLOP dan SEKOTAK NASI: HANYA UNTUK DOSEN PENGUJI
Salah Satu tujuan seorang mahasiswa dalam perkuliahan adalah mendapatkan ijasa sarjana. Tidak hanya itu, seorang mahasiswa mempunyai tanggung jawab yang sangat berat yakni pengabdian terhadap masyarakat. untuk memikul beban yang akan ditanggung itu, mahasiswa semestinya mempersiapkan dirinya. Namun yang menjadi pertanyaan adalah sejauh mana persiapan seorang mahasiswa untuk memikul beban berat itu? Realita yang terjadi di akhir-akhir ini, pendoublelan paraf terus gencar dilakukan di setiap mata kuliah yang dosen pengasuhnya memiliki tingkat kesibukan tinggi alias dosen proyek.
Mamang dapat dimaklumi, pendapatan upah/gaji seorang dosen sangat terbatas. Juga tidak memenuhi biaya hidup seorang dosen, Apalagi bagi dosen yang jumlah keluarganya lebih dari standar menurut aturan pemerintah, ongkos transportasi saja mumpung tidak terpenuhi. Sehingga apa salahnya bila seorang dosen mencari proyek untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Oleh karenanya, di Universitas Cenderawasih di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ini, ada proyek yang dengan sengaja melegalkannya. Contohnya PJJ. PPKHB. Dimana mahasiswanya adalah mahasiswa ber-NIP. Mahasiswa ber-NIP berarti mahasiswa yang berpengalaman dalam karirnya dan tujuan utamanya adalah mendapatkan ijaza sarjana. Untuk melegitimasi menjadi seorang sarjana, semua guru tua yang telah menamatkan diri pada jejang pendidikannya Diploma III (D III) maupun tamatan SPG berbondong-bondong mendaftarkan diri pada PJJ. PPKHB guna mendapatkan ijasa demi kepentingan pada tuntutan dari tujuan dinas pendidikan yang katanya “standar seorang pendidik” juga berbagai kebijakan lainnya yang mengatur tentang sertifikasi guru dan lain sebagainya.
Pada proyek legal tersebut, guru-guru tua ini mengakuinya bahwa sekian dana telah dikelurkan di PJJ.PPKHB bahkan sampai pada penyelesaian tugas akhir (skripsi) pun membawa sebuah amplop dan sekotak nasi yang diantarkannya langsung pada kediamannya, untuk memancing dosen agar dengan senang hati menguji, bahkan mengoreksi tugas akhir yang sementara dilakukannya.
Pengakuan tersebut jelas diungkapkan oleh sekelompok mahasiswa tua ini . Namun yang menjadi pertanyaan kenapa sekian dana itu digunakan untuk membayar pada pihak yang berwenang? Agar siswanya tidak terlantar akibat guru-nya kuliah,. Atau kenapa tidak menjual selembar kertas (ijasa) itu di pasar agar orang yang membutuhkan dapat membelinya.
Sebab dalam diri setiap mahasiswa ber-NIP ada beban. demi pemenuhan kebutuhan seorang guru, semua tugas dan tanggung jawab disekolah menjadi korban. Tolonglah jangan menguras guru-guruku. Guru-Guru-ku sangat berjasa, Guru-guru-ku telah berkelurga, Kesejaterahan mereka sama nasibnya dengan kalian (dosen). Lagi pula ada beban berat dalam perkuliahan mereka ini, murid-muridnya sedang terlantar di sekolah, Pembelajaran disekolah kian tidak efektif, Siswa menjadi kehilangan Ayah dan Ibunya di sekolah. Generasi di atas tanah ini ada pada guru dan dosen, Tolong selamatkan generasi ini. (Ukki)